Recent Posts

Sabtu, 25 September 2010

Masjid dan Gereja Berdampingan, Tonggak Sejarah Perdamaian Dunia

FISKSÄTRA, SWEDIA (Berita SuaraMedia) – Ketika ketakutan orang-orang akan Islam akhir-akhir ini membuat Islam menjadi berita utama, Jimmie Ákesson menulis pada Aftonbladet, pada Oktober tahun 2009 bahwa "Muslim adalah ancaman asing terbesar di Swedia." Di Nacka, banyak orang yang tidak percaya bahwa para pendatang dan umat Muslim akan menjadi sebuah ancaman. Mereka adalah sebuah aset. Dengan Konselor Erik Langby dan Pendeta Carl Dahlbäck sebagai pemimpin, selama bertahun-tahun negara tersebut telah berupaya untuk berintegrasi dan hidup berdampingan dengan Muslim sebagai tetangga yang baik. Hasilnya sangat mengejutkan.

Beberapa tahun yang lalu dan sekarang sedang dibahas oleh dewan majelis Gereja Swedia, paroki Katolik St. Konrad di Nacka dan Asosiasi Muslim Fisksätra bergabung membangun sebuah rumah Tuhan. Orang-orang di Nacka mengusahakan sebuah Gereja dan sebuah Masjid sebagai sebuah tetangga di bawah satu atap. Lebih dari itu: sebuah Gereja Swedia berdampingan dengan sebuah paroki katolik Roma dan membangun sebuah Gereja umum.

Sebuah model yang dikembangkan menunjukkan sebuah Masjid dan sebuah Gereja berdampingan, disatukan oleh sebuah serambi biasa. Ruang Gereja menyediakan ruang untuk Gereja Swedia sebagai tradisi peribadatan Katolik Roma. Masjidnya adalah sebuah forum terbuka untuk umat Muslim. Tujuannya adalah untuk membuat lingkungan tersebut sebuah perwujudan dari komunitas yang tidak memandang keyakinan, budaya dan bahasa. Bengunan tersebut adalah sebuah pengimbang bagi mereka yang memandang umat Muslim ataupun umat Katolik Roma seperti alien dan sebagai elemen perselisihan.

Ada juga orang-orang yang berpikiran sempit dalam keduanya, baik itu Islam dan Kristen. Muslim pelaku bom bunuh diri bukan lagi perwakilan dari Islam, begitu juga dengan umat Kristen Fundamentalis Amerika yang ultra-ortodoks bagi Kritianitas.

Tuhan dalam bahasa Fisksätra adalah sebuah keunikan dunia, Masjid Umayyad di Damaskus dulunya adalah gereja dan Masjid yang berada di bawah satu atap, namun itu dulu pada tahun 600-an. Proyek unik ini adalah sebuah kenyataan yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kepercayaan antara mereka yang bertemu di rumah peribadatan tersebut. Untuk menciptakan kondisi spiritual rumah peribadatan sebuah pemikiran umum dari nilai-nilai keagamaan untuk ketiga komunitas agama tersebut (Katolik Roma, Gereja Swedia dan Muslim). Membangun sebuah rumah Tuhan di mana tidak ada orang yang mau mendatanginya akan menjadi sebuah ledakan yang fatal.

Tugas dari sebuah dialog adalah untuk memformulasikan sebuah nilai umum masuk ke dalam inti dari analisis kontemporer. Nilai fundamental, yang sekarang diadopsi oleh dewan gereja di Gereja Nacka, sedang di bawah kepemimpinan Bengt Wadensjö dalam pembicaraan antara dua pastor, Carl Dahlbäck dan Andrzej Konopka dan Imam Olwan. Telah dibahas dengan majelis dan dalam percakapan dengan beberapa dari mereka yang secara teratur berpertisipasi dalam kehidupan Gereja.

Wadensjö ingin menekankan bahwa dengan menyetujui sebuah visi rumah Tuhan maka akan menciptakan sebuah kolaborasi praktis dan ideologi umum tentang Tuhan adalah satu dalam rumah Tuhan tersebut. Kolaborasi tersebut terwujud dalam sebuah rumah yang dibagi untuk dua keyakinan berbeda tersebut. Pendeta tersebut juga mengatakan bahwa dengan dibangunnya rumah peribadatan gabungan itu, para penggagas ingin menciptakan kepercayaan dalam keanekaragaman kebudayaan di Fisksätra dan melalui dialog, menggunakan kepercayaan kepada Tuhan seabgai sebuah alat untuk menciptakan perdamaian.

Setiap anggota dari komunitas menjalankan aktivitas keagamaan mereka sendiri di tempat peribadatan mereka masing-masing dan aktivitas kebudayaan dan sosial dari kominitasnya sendiri dan di daerah publik mereka. Proyek tersebut tidak bertujuan untuk mencampur agama dan tidak juga pada mencampur misi di antara anggota komunitas masing-masing. Proyek tersebut akan menyediakan peluang yang meningkat untuk orang-orang dari tradisi agama yang berbeda untuk datang bersama, berkontribusi bersama pada sebuah perkembangan postif yang berkelanjutan di Fisksätra dan menunjukkan bahwa agama adalah sebuah kekuatan yang mempersatukan di dalam komunitas lokal.

Wadensjö juga mengatakan sejarah dunia sedang diciptakan di Fisksätra dan perdamaian dunia dimulai di Fisksätra dengan adanya toleransi menghormati agama lain. Hal ini merupakan salah satu dari dasar proyek pembangunan rumah peribadatan tersebut dengan menghormati dan mencintai sesama dan melindungi semua kehidupan. Nilai-nilai tersebut menunjukkan sebuah cara baru untuk Umat Muslim, Gereja Swedia, dan Gereja Katolik Roma untuk melihat satu sama lain dan hidup bersama sebagai tetangga. Mereka memandang satu sama lain sebagai sumber dalam sebuah upaya untuk menggunakan kepercayaan kepada Tuhan untuk membawa perdamaian kepada dunia.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More